Fail Panitia Dan Buku Kelas Membaca dan Menghafaz alquranKKQ 2022

Contoh Soalan KKQ Ting 1-5

MODUL KKQ 2014 TING 3 & 5

MAKDIS

Fail Panitia Dan Buku KKQ

Contoh Head Count dan Perancangan Strategik Pend. Syariah & B.Arab

Kajian Tindakan PAI

30 Mei 2010

: Abu Mihjan ats-Tsaqafi: Penagih arak, perindu syahid





Lihatlah Abu Mihjan!

Abu Mijan as-Tsaqafi radiallahu `anhu adalah orang seorang sahabat yang ketagih minuman keras, sehingga dia sering dihadapkan kepada Rasulullah sallallahu `alaihi wassalam untuk dikenakan hukumanhad. Walaupun demikian, ketika dia mendengar seruan jihad ke Qadisiyah, dia segera bangkit untuk berjihad di bawah pimpinan bapa saudara Nabi sallallahu `alaihi wassalam, Sa'ad bin Abi Waqqas radiallahu `anhu. Pada hari-hari pertempuran, dia masih tidak mampu menahan ketagihannya kepada arak, sehingga dia pun meminumnya. Oleh kerana itu, Sa'ad menjatuhkan hukuman atasnya dengan mengurungnya dan melarangnya daripada ikut berperang. Beliau tidak dikenakan hukuman had kerana hukum had tidak akan dilaksanakan di kawasan musuh.

Ketika ditahan, dia mendengar bunyi pertempuran yang sengit dan teriakan para mujahidin, air matanya pun mengalir kerana kedatangannya ke al Qadisiyah adalah untuk berjihad. Ketika itu isteri Sa'ad melihatnya, dia pun merasa kasihan terhadap Abu Mihjan. Sedangkan Sa'ad radiallahu `anhu saat it sedang sakit, dan itu adalah sakit terakhir yang membuatnya tidak mampu turun untuk berperang dan dia mengatur peperangan dari tempat tidurnya.

Lalu Abu Mihjan berkata kepada isteri Sa'ad, "Wahai Salma, berikan kepadaku kuda Sa'ad, Balqa, dan berikan kepadaku senjata Sa'ad. Demi Allah, jika Allah mentakdirkan aku untuk tetap hidup, maka aku akan kembali ke tempat tahanan ini dan aku ikatkan kembali rantai yang mengikat kakiku. Dan jika aku mati, maka itulah yang aku harapkan." Mendengar ketulusan Abu Mihjan tersebut, isteri Sa'ad akhirnya memenuhi keinginannya.

Dalam Peperangan

Abu Mihjan mengenakan penutup wajah, lalu dia turun ke medan jihad. Abu Mihjan adalah seorang pahlawan yang terkenal dengan keberaniannya. Ketika dia turun ke medan pertempuran, Sa'ad melihatnya dan merasa takjub dengan keberanian beliau. Sa'ad pun berkata, "Jika saya tidak tahu bahawa Abu Mihjan ada di dalam penjara, tentu akan saya katakan bahawa orang itu adalah Abu Mihjan. Jika saya tidak tahu dimana Balqa berada, tentu akan saya katakan bahawa kuda yang ditungganginya adalah si Balqa."

Mendengar perkataan suaminya, isteri Sa'ad pun berkata, "Engkau benar, wahai suamiku. Sesungguhnya dia adalah Abu Mihjan dan kuda yang ditungganginya adalah Balqa."

Lalu Sa'ad pun bertanya apa yang terjadi, dan isterinya menceritakan kejadian yang sebenarnya. Mendengar kata-kata isterinya, Sa'ad merasa kasihan kepada Abu Mihjan.

Ketika peperangan usai, Abu Mihjan kembali ke dalam tahanan dan mengikatkan rantai di kakinya sendiri. Kemudian Sa'ad masuk ke dalam penjara sambil menangis dan melepaskan rantai yang mengikat kaki Abu Mihjan, lalu berkata, "Demi Allah, aku tidak akan menghukummu lagi setelah hari ini."

Maka Abu Mihjan pun menangis dan berkata, "Dan demi Allah aku tidak akan meminum arak lagi setelah hari ini."

,_._,___


27 Mei 2010

9 Pedang Nabi Muhammad SAW



Ini adalah pedang-pedang yang pernah dipakai oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya untuk berdakwah, jumlah total pedang yang pernah digunakan ada 9 buah.

1. Al Ma'thur


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Juga dikenal sebagai 'Ma'thur Al-Fijar' adalah pedang yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW sebelum dia menerima wahyu yang pertama di Mekah. Pedang ini diberi oleh ayahnya, dan dibawa waktu hijrah dari Mekah ke Medinah sampai akhirnya diberikan bersama-sama dengan peralatan perang lain kepada Ali bin Abi Thalib.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 99 cm. Pegangannya terbuat dari emas dengan bentuk berupa 2 ular dengan berlapiskan emeralds dan pirus. Dekat dengan pegangan itu terdapat Kufic ukiran tulisan Arab berbunyi: 'Abdallah bin Abd al-Mutalib'.

2. Al 'Adb


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Al-'Adb, nama pedang ini, berarti "memotong" atau "tajam." Pedang ini dikirim ke para sahabat Nabi Muhammad SAW sesaat sebelum Perang Badar. Dia menggunakan pedang ini di Perang Uhud dan pengikut-pengikutnn ya menggunakan pedang ini untuk menunjukkan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di masjid Husain di Kairo Mesir.

3. Dhu Al Faqar


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Dhu Al Faqar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan pada waktu perang Badr. Dan dilaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan pedang ini kepada Ali bin Abi Thalib, yang kemudian Ali mengembalikannya ketika Perang Uhud dengan bersimbah darah dari tangan dan bahunya, dengan membawa Dhu Al Faqar di tangannya.

Banyak sumber mengatakan bahwa pedang ini milik Ali Bin Abi Thalib dan keluarga. Berbentuk blade dengan dua mata.

4. Al Battar


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Al Battar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Pedang ini disebut sebagai 'Pedangnya para nabi', dan di dalam pedang ini terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi :

'Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, Nabi Isa AS, Nabi Muhammad SAW'.

Gambar ukiran nama-nama para nabi di dalamnya :

Di dalamnya juga terdapat gambar Nabi Daud AS ketika memotong kepala dari Goliath, orang yang memiliki pedang ini pada awalnya. Di pedang ini juga terdapat tulisan yang diidentifikasi sebagai tulisan Nabataean.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 101 cm. Dikabarkan bahwa ini adalah pedang yang akan digunakan Nabi Isa AS kelak ketika dia turun ke bumi kembali untuk mengalahkan Dajjal.

5. Hatf


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992)

Hatf adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Dikisahkan bahwa Nabi Daud AS mengambil pedang 'Al Battar' dari Goliath sebagai rampasan ketika dia mengalahkan Goliath tersebut pada saat umurnya 20 tahun.

Allah SWT memberi kemampuan kepada Nabi Daud AS untuk 'bekerja' dengan besi, membuat baju baja, senjata dan alat perang, dan dia juga membuat senjatanya sendiri. Dan Hatf adalah salah satu buatannya, menyerupai Al Battar tetapi lebih besar dari itu.

Dia menggunakan pedang ini yang kemudian disimpan oleh suku Levita (suku yang menyimpan senjata-senjata barang Israel) dan akhirnya sampai ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di Musemum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade, dengan panjang 112 cm dan lebar 8 cm.

6. Al Mikhdham


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Ada yang mengabarkan bahwa pedang ini berasal dari Nabi Muhammad SAW yang kemudian diberikan kepada Ali bin Abi Thalib dan diteruskan ke anak-anaknya Ali. Tapi ada kabar lain bahwa pedang ini berasal dari Ali bin Abi Thalib sebagai hasil rampasan pada serangan yang dia pimpin di Syria.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 97 cm, dan mempunyai ukiran tulisan Arab yang berbunyi: 'Zayn al-Din al-Abidin'.

7. Al Rasub


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Ada yang mengatakan bahwa pedang ini dijaga di rumah Nabi Muhammad SAW oleh keluarga dan sanak saudaranya seperti layaknya bahtera (Ark) yang disimpan oleh bangsa Israel.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 140 cm, mempunyai bulatan emas yang didalamnya terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi: 'Ja'far al-Sadiq'.

8. Al Qadib


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Al-Qadib berbentuk blade tipis sehingga bisa dikatakan mirip dengan tongkat. Ini adalah pedang untuk pertahanan ketika bepergian, tetapi tidak digunakan untuk peperangan.

Ditulis di samping pedang berupa ukiran perak yang berbunyi syahadat:

"Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasul Allah – Muhammad bin Abdallah bin Abd al-Mutalib."

Tidak ada indikasi dalam sumber sejarah bahwa pedang ini telah digunakan dalam peperangan. Pedang ini berada di rumah Nabi Muhammad SAW dan kemudian hanya digunakan oleh khalifah Fatimid.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Panjangnya adalah 100 cm dan memiliki sarung berupa kulit hewan yang dicelup.

9. Qal'a


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa 'uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Pedang ini dikenal sebagai "Qal'i" atau "Qul'ay." Nama yang mungkin berhubungan dengan tempat di Syria atau tempat di dekat India Cina. Ulama negara lain bahwa kata "qal'i" merujuk kepada "timah" atau "timah putih" yang di tambang berbagai lokasi.

Pedang ini adalah salah satu dari tiga pedang Nabi Muhammad SAW yang diperoleh sebagai rampasan dari Bani Qaynaqa. Ada juga yang melaporkan bahwa kakek Nabi Muhammad SAW menemukan pedang ini ketika dia menemukan air Zamzam di Mekah.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 100 cm. Didalamnya terdapat ukiran bahasa Arab berbunyi: "Ini adalah pedang mulia dari rumah Nabi Muhammad SAW, Rasul Allah."

Pedang ini berbeda dari yang lain karena pedang ini mempunyai desain berbentuk gelombang.


__,_._,___

18 Mei 2010

EMAIL YANG MENYENTUH HATI MENYAMBUT HARI GURU

SEMALAM TERIMA EMAIL YANG MENYENTUH HATI. MMG ITU REALITI SEJAK BERTAHUN-TAHUN MENYAMBUT HARI GURU

From: ummu_dijah To: SahabatInteraktif@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, May 18, 2010 8:21 AMSubject: [sim] CORETAN : Erti sebuah hari guru. Kelmarin hari guru. Bertahun-tahun juga aku meraikan bersama mereka yang bertukar ganti setiap tahun. Hari guru padaku adalah hari mengajar pelajar menghargai guru mereka. Mendoakan pelajar menghindari hiprokrasi dan bersifat jujur dalam memberi dan menghargai. Kadangkala mereka menonjolkan sikap terlalu telus. Seorang kawan guruku telah ditegur pelajar terhadap akademiknya, guru tersebut diminta supaya cermin diri. Tersentap kawanku itu. Namun dalam nada bergurau sambil bercerita dengan kawan-kawan. Dia akan balik cermin diri.Minggu lepas aku melobi pelajarku supaya ikhlas dalam memberi. Berilah rm1 seorang supaya dapat beri hadiah kepada cikgu-cikgu yang mengajar kelas kamu. "Sebelas orang semuanya tidak termasuk saya" kataku. Penolong ketua kelasku yang rajin dan baik berusaha mengutip duit pelajar kelasku. Akhirnya dia berjaya mengutip rm19 walaupun ada 41 orang pelajar di dalam kelasku. "Takpe , itu dah cukup, awak beri rm10 kepada cikgu yang minta kepada setiap kelas dan selebihnya bagi saya. Saya akan beli apa-apa hadiah untuk cikgu-cikgu yang mengajar kelas kamu. Esok semasa hari guru kamu jumpa saya pagi-pagi dan serahkan hadiah tersebut pada cikgu-cikgu"Petang hari guru, aku ke kedai 2 ringgit untuk membeli 11 hadiah. Semuanya bernilai hampir rm50. Anak dan suami ketawakan aku kerana cikgu yang belikan hadiah hari guru. Aku kata takpelah, anak muridku adalah pelajar kelas yang ke 3 dari belakang. Kelasku ada ramai pelajar bermasalah disiplin, kaki ponteng kelas, ponteng sekolah dan merokok. Lagipun mereka bukan dari latarbelakang berduit. Ada yang anak yatim, ibu tiada, bapa tiada, bapa bercerai, bapa kawin lain, bapa tidak bekerja (berapa banyak bapa daa..) dan ada yang beritahuku tak tahu bapa pergi mana.Aku ingin supaya cikgu-cikgu yang mengajar kelasku mendoakan kejayaan anak didik mereka. Merasa mereka dihargai dan disayangi walaupun pelajar kelasku agak nakal.Hari ini apabila sekolah mengadakan sambutan hari guru, ramai pelajar yang tidak hadir. Guru mcm syok sendiri. Tiada ucapan selamat hari guru atau apa-apa tanda ingatan. Hanya ada beberapa persembahan pelajar dan jamuan yang diatur oleh kelab guru. Aku rasa kecewa sedikit. Tidak terlalu kecewa kerana telah lali dan bertahun-tahun hari guru diraikan sebegitu.

'M'sia bukan masyarakat judi'

'M'sia bukan masyarakat judi'
Dr Mohd Asri Zainul Abidin
Mei 9, 10
5:52pm
Kenyataan Timbalan Menteri Kewangan Datuk Awang Adek Hussein bahawa kerajaan pusat mempertimbangkan untuk mengeluarkan lesen judi sempena Piala Dunia 2010 demi mengelakkan berleluasa kegiatan judi haram adalah satu kenyataan yang memalukan dan amat menyalahi cara fikir yang lurus.

Saya ingin tegaskan hal ini berasaskan perkara berikut:

1. Dari segi Islam adalah menjadi asas bahawa 'tindakan pemerintah terikat dengan maslahah'. Maslahah dalam konteks ini adalah kepentingan atau kebaikan rakyat dan negara itu sendiri.

Ini seperti juga yang disebut oleh al-Imam al-Syafi'i r.h: "Kedudukan pemerintah di sisi rakyat bagaikan kedudukan penjaga anak yatim" (lihat: Al-Sayuti, al-Asybah wa al-Nazair).

Apakah memberikan lesen judi itu memberikan kebaikan atau mempunyai kepentingan umum rakyat? Atau ia hanya kepentingan segelintir taukeh dan kaki judi semata?

Jika ia tidak memulangkan kepentingan umum atau kebaikan kepada rakyat maka itu bukan tindakan pemerintah yang bertanggungjawab.

2. Tidak dinafikan judi dan arak memang mempunyai keuntungan dan beberapa manfaat untuk pihak-pihak tertentu.

Namun, ancaman dan bahayanya jauh lebih besar dibandingkan manfaat yang bakal diterima.

Al-Quran menyebut: (maksud) "Mereka bertanya engkau (wahai Muhammad) tentang arak dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya ada dosa (keburukan) yang besar dan manfaat kepada manusia.

Namun dosa (keburukan) keduanya lebih besar dari manfaatnya" (Surah al-Baqarah ayat 219).

Maka dengan itu, sekadar untuk digunakan cukai judi berkenaan untuk kegiatan sukan bukan satu alasan. Kerosakan judi lebih besar dari manfaat yang akan diterima.

Membiayaan untuk membaikinya nanti jauh lebih tinggi.

3. Judi sama ada 'dilesenkan' atau tidak dilesen keburukannya sentiasa dominan.

Ia menyebabkan pembaziran tanpa sebab, sikap bergantung nasib tanpa kewarasan, merosakkan keluarga, menimbulkan tabiat suka berhutang, membawa kepada kejatuhan ekonomi individu secara mengejut, ketagihan tabiat buruk tersebut yang luar biasa dan berbagai lagi keburukan yang lain.

Akal waras manusia dari semua aliran agama dan masyarakat, bahkan yang tidak beragama pun tetap menyatakan judi selalu merosakkan masyarakat.

4. Jika pun judi itu untuk masyarakat bukan Islam, saya tetap katakan masyarakat Malaysia bukan masyarakat judi.

Tiada ajaran mana-mana agama yang menggalakkan judi. Tiada siapa pun dalam mana-mana bangsa atau agama dalam negara ini sanggup untuk mendakwa 'judi adalah budaya kami', atau 'kebanggaan hidup kami'.

Jika ada, itu terkeluar dari norma kewarasan. Tiada isteri yang normal sukakan suaminya kaki judi.

Maka, jangan kaitkan atau hidupkan budaya ini secara terbuka dalam masyarakat kita. Kaki judi sentiasa dipandang negatif dalam semua masyarakat yang rasional.

5. Judi akan menggalakkan tabiat berhutang dan pergaduhan. Sama ada diberi lesen atau tidak, tetap sama.

Hutang along atau hutang bank, tetap bebanan hutang.

Jika diberi lesen terbuka, yang tertutup tetap berjalan seperti biasa. Itu bukan alasan yang munasabah.

6. Peranan pemerintah adalah mencegah keburukan, bukan menaja atau bersaing dengan penjenayah. Cadangan tersebut hanya mengubah 'tauke' sahaja dari yang berlesen kepada yang tidak berlesen.

Apakah nanti mungkin kita akan wujudkan tempat 'hisap candu berlesen' untuk mengelakkan penagih candu menghisapnya di tempat yang tidak berlesen?

Jangan fikir lesen dan cukai keuntungan sahaja, kerajaan hendaklah berfikir kesan yang akan menimpa rakyat nanti!

Maka, saya sekali lagi membantah cadangan ini dan meminta semua rakyat Malaysia yang waras dan mempunyai nilai-nilai agama dan moral membantah cadangan ini!


17 Mei 2010

Sebut iblis dalam solat

 
 

PETIKAN : Belog saya

Q&A : Sebut iblis dalam solat

gambar hiasan

SOALAN:


Dalam satu tazkirah selepas sembahyang maghrib, yang diberi oleh seorang ustaz, seorang makmum menyatakan bahawa sekiranya seseorang itu tidak membaca al-Fatihah dengan betul, sama ada kerana tidak ada sabdu atau kerana tidak sempurna panjang mad yang ada dalam satu-satu kalimah juga kerana sebutannya tidak betul, maka selain sembahyangnya tidak sah, kita juga menyebut nama-nama syaitan ketika sembahyang.

Contohnya kalimah "du li lah," iaitu membaca "alhamdu li'Llah" tanpa sabdu. Kalimah "hir rab," iaitu membaca al-hamdu li Llahi rabbi 'l-alamin," iaitu membaca kalimah berkenaan dengan sabdu. "kiyaau," iaitu membaca dengan sabdu, yang sepatutnya dibaca "ki yau," pada "maliki yaumi 'd-din." Begitu juga pada bacaan "iyyaka na'budu wa iyyakana 's-tain."

Apakah benar apa yang dijelaskan itu. Selama ini saya tidak pernah mendapat maklumat dari mana-mana sumber yang sah.

- Sutinah, KK


JAWAPAN:


Persoalan seperti ini pernah saya jelaskan dalam ruangan ini satu ketika dahulu. Walaupun demikian saya rasa ia perlu dijelaskan untuk mengatasi keraguan.

Menyebut tentang syaitan, perlu rasanya dirujuk tulisan Raji al-Asmar dalam bukunya: Asy-Syayatin: Haqiqatuha, yang menyebut bahawa perkataan "iblis" disebut dalam al-Quran sebanyak 11 kali, manakala kalimah 'syaitan' itu disebut sebanyak 88 kali. Dalam buku ini diperturunkan ayat-ayat berkaitan yang menyebut nama-nama tersebut.

Keterangan ini membuktikan, mempercayai tentang kewujudan syaitan juga iblis itu adalah suatu yang termaktub dalam kalamullah. Ia bukan dongeng atau rekaan.

Walaupun demikian terlalu banyak telah direka oleh manusia mengenainya, termasuk namanya seperti toyol, hantu raya, langsuir, bajang dan lain-lain yang melahirkan pelbagai amalan bidaah dan khurafat. Dalam keadaan tertentu nama-nama elok disebut, seperti nama-nama wali, syeikh, embah, nenek, panglima hitam dan sebagainya, padahal apa yang disebut itu lebih merujuk kepada jin-jin.

Di dalam hadis-hadis juga tersebut perkataan "syaitan." Dalam sebuah hadis al-Bukhari dan Muslim daripada Abu Hurairah dijelaskan tentang syaitan yang mengganggu nabi ketika sedang sembahyang.

Dalam hadis lain dijelaskan tentang syaitan yang menyerupai seorang syeikh dari Najd yang masuk bersama himpunan orang-orang Quraisy yang diadakan di Darunnadwah, iaitu satu mesyuarat untuk membunuh nabi. Syaitan telah memberi nasihat bagaimana hendak membunuh baginda. Peristiwa itu berlaku sebelum berlakunya peristiwa Hijrah.

Dalam peperangan Badar pun iblis telah datang mengetuai pasukan yang terdiri daripada syaitan, yang ada bersamanya bendera. Iblis menjelma menyerupai seorang lelaki daripada Bani Mudallij, manakala syaitan menyerupai rupa Suraqah bin Malik bin Ja'syam.

Dalam sebuah hadis yang ditakhrij oleh at-Tirmidzi dan an-Nasaiy daripada Aisyah, beliau berkata telah bersabda Rasulullah SAW yang bermaksud: Sesungguhnya aku melihat syaitan-syaitan daripada golongan jin dan manusia telah lari daripada Omar.

Dalam hadis daripada Hamnah Jahsy, beliau berkata, dia mengalami masalah darah haid yang keluar begitu banyak. Beliau memberitahu hal ini kepada Rasulullah. Baginda bersabda: Sesungguhnya ia adalah satu sepakan daripada sepakan syaitan.

Satu hadis daripada Usamah bin Syuraik pula menyatakan bahawa beliau telah mendengar baginda bersabda yang bermaksud: Tangan Allah berserta jemaah. Maka apabila bersendirian seseorang itu daripada jemaah, syaitan-syaitan akan menyambarnya, seumpama serigala menyambar kambing daripada kumpulannya.

Dalam sebuah hadis daripada Ibn Umar, ia berkata bahawa beliau pada satu ketika duduk di sisi nabi. Tiba-tiba datang seorang lelaki yang paling buruk mukanya, juga pakaiannya, manakala bajunya terlalu busuk. Dia datang melangkahi orang ramai sehingga ia duduk di hadapan Rasulullah. Lelaki itu berkata: Siapa yang menjadikan langit. Baginda menjawab: Allah. Siapa yang menjadi Allah. Tanyanya lagi. Subahanallah, jawab nabi. Lelaki tadi memegang dahinya lalu mengangguk-anggukka n kepalanya. Ia berdiri lalu pergi. Baginda mengangkat kepalanya lalu bersabda: Ini adalah iblis, datang kepada kamu untuk menimbulkan syak terhadap agama kamu.

Hadis-hadis yang tersebut di atas hanya menyebut kalimah "iblis" ataupun "syaitan" tanpa menyebut siapakah nama syaitan ataupun iblis yang terlibat dengan peristiwa-peristiwa tersebut.

Raji al-Asmar dalam bukunya Al-Jinn ada menyebut nama "Marid", iaitu syaitan daripada golongan jin. Jin apabila ia kufur, zalim dan melampau dan melakukan kejahatan dinamakan "syaitan".

Apabila makhluk ini berupaya menggangkat sesuatu yang berat dan mencuri pendengaran dinamakan "Marid". Andainya makhluk ini mempunyai keupayaan lebih daripada itu dinamakan "Ifrit".

Dalam buku yang sama muka surat 51-53, Raji al-Asmar ada menyebut nama Al-Ghaddar, Al-Khabil dan Al-Hajis, iaitu nama-nama jin jahat yang mengganggu manusia. Al-Khabil misalnya dirujuk sebagai jin yang merasuk manusia yang boleh menyebabkan gila, Al-Hajis ialah jin khas yang boleh menyebabkan manusia berasa was was, juga yang membisikkan telinga menyebabkan timbul was was.

Nama jin lain yang disebut ialah At-Tabi' ataupun QARiN, yang hidup bersama dengan manusia, terdiri daripada lelaki dan perempuan, manakala Al-Hatif ialah jin yang suaranya dapat didengar oleh manusia tetapi tidak dapat dilihat.

Jin yang dinamakan Al-Amir tinggal di tempat tertentu di tempat tinggi seperti di kemuncak gunung, di lembah-lembah, rumah yang ditinggalkan, di kubur atau di bumbung rumah. Nama lain ialah Asy-Syaqq iaitu syaitan yang boleh menjelma separuh bentuk manusia yang kadang-kadang mengganggu manusia ketika musafir keseorangan.

Nama lain yang lebih dikenali ialah al-Wilha, iaitu golongan jin yang mengganggu manusia ketika mengambil air sembahyang, menyebabkan seseorang itu mengambil wuduk berulang kali. Manakala "Khanzab" ialah syaitan yang mengganggu manusia ketika mendirikan sembahyang, menyebabkan seseorang itu berniat berulang kali, memesongkan ingatan manusia kepada peristiwa di luar sembahyang menyebabkan hilang rasa khusyuk.

Abdullah bin Muhammad bin Ubaid meriwayatkan satu hadis, daripada Mujahid, ia berkata: Iblis mempunyai lima anak, masing-masing diberi tugas, iaitu Thabur, A'war, Masuth, Dasim dan Zalambur.
  1. Thabur berurusan menggoda orang yang ditimpa musibah agar meratap, mengoyak-ngoyak pakaian dan meratap ratapan jahiliah,
  2. A'war ditugaskan menggoda manusia melakukan zina,
  3. Masuth ditugaskan menggoda manusia agar mencampur-adukkan berita benar dengan palsu serta menimbulkan fitnah,
  4. Dasim pula menggoda suami agar marah isteri dan
  5. Zalambur menipu menyemarakkan manusia agar menipu ketika di pasar.

Nama-nama iblis dan syaitan yang termaktub dalam al-Quran juga daripada hadis-hadis serta fungsi masing-masing telah dijelaskan.

Banyak lagi nama iblis dan syaitan yang terdiri daripada golongan jin, namun nama-nama seperti tertera dalam e-mel yang saudari terima, iaitu du li lah, hir rob, kiyyau, kannak dan kannas tidak termasuk dalam nama-nama diperturunkan. Biarpun tidak mustahil andainya nama-nama yang terdapat dalam bacaan al-Fatihah yang cacat bacaan seperti tersebut dalam e-mel saudari, namun setelah meneliti nama-nama yang dikatakan wujud dalam al-Fatihah yang salah bacaannya dirasakan hanya rekaan belaka, tanpa sumber yang utuh atau boleh dipertanggungjawabk an.

Hanya satu nama iaitu Kannas atau tersebut dalam al-Munjid, yang bermaksud sesuatu yang disapu oleh penyapu. Walaupun demikian kalau ia dieja sebagai "khannas", ia adalah merujuk kepada nama syaitan yang menahan dan melambat-lambatkan seseorang untuk zikrullah.

Dalam kitab-kitab fikah, yang membicarakan tentang bacaan al-Fatihah yang merupakan salah satu rukun sembahyang, nama-nama syaitan seperti didakwa saudari langsung tidak disentuh.

Disebut bahawa orang yang bersembahyang mesti memelihara semua huruf al-Fatihah juga segala tasydidnya. Andainya tergugur satu huruf atau satu tasydid atau. ditukar satu huruf al-Fatihah dengan huruf lain, ataupun rosak baris yang mengubahkan maknanya, maka tidak sahlah sembahyang yang dilakukan, andainya ia melakukan dengan sengaja dan ia ketahui mengubah maknanya.

Andainya keadaan ini berlaku dengan tidak sengaja, jahil dan tidak mengubah maknanya, maka tidak batallah sembahyang, tetapi hendaklah membacanya semula.

Implikasi daripada kandungan e-mel yang saudari terima boleh menyebabkan timbulnya kesan buruk. Orang yang tinggi pengaruh gangguan sembahyangnya, yang mengambil wuduk melebihi kebiasaan, berulang kali mengangkat takbir ketika niat, mengulangi huruf-huruf kesamaran ketika membaca al-Fatihah dan sering lupakan rakaat sembahyang akan berasakan sembahyang itu satu penyeksaan.

Lebih teruk ialah orang yang lupakan bacaan sembahyang dan berasa terganggu sebaik masuk waktu sembahyang. Bagi orang seperti ini sembahyang merupakan sesuatu yang meragut kebahagiaan daripada ketenangan hidupnya. Sebaliknya, jika ia tidak sembahyang, keadaan seperti ini tidak timbul. Kerana itu berkemungkinan seseorang itu akan terus meninggalkan sembahyang.

Keadaan akan menjadi lebih parah apabila orang yang terganggu sembahyangnya menyedari adanya sebutan nama-nama iblis atau syaitan dalam bacaan al-Fatihah. Orang yang bermasalah membaca al-Fatihah memang selalu silap ketika membacanya terutama pada huruf kesamaran, pada tasydid dan sebagainya. Kerana itu akal fikirannya akan tertumpu bahawa apa yang disebut dalam al-Fatihah melibatkan sebutan nama-nama iblis dan syaitan. Kerana itu besar kemungkinan bahawa mereka tidak akan sembahyang langsung, kerana ia hanya akan menyebut nama-nama iblis dan syaitan dalam sembahyang yang didirikan.

Nama-nama yang saudari sebutkan di atas tidak ada punca sandarannya. Sebenarnya kalau hendak dikeluarkan nama-nama dalam al-Fatihah, lalu didakwa sebagai nama syaitan, setiap kalimah itu boleh didakwa sebagai nama syaitan, kerana ia tidak ada punca sandarannya.

Persoalan remeh-temeh seperti ini hakikatnya tidak perlu ditonjolkan. Bagi pembaca pula, selain perlu merujuk kepada hukum, akal sendiri boleh memikiri tentang lojiknya. Terlalu banyak masalah di kalangan orang Islam yang masih belum selesai dan perlu diselesaikan. Jangan buang tenaga memikiri sesuatu yang tidak bermanfaat.

Dalam mempelajari ilmu fikah, termasuklah perkara-perkara yang berkaitan dengan fardu ain, kita banyak didedahkan dengan tafsiran yang berlainan daripada pendapat ulama yang muktabar, tentang hukum halal dan haram, najis atau suci.

Sayangnya, dalam keadaan tertentu, pembaca seolah-olah ditinggalkan begitu sahaja tanpa dapat memahami pendapat yang mana sewajarnya diikuti.

Dan apabila timbul persoalan-persoalan yang membicarakan sah atau tidaknya sesuatu sembahyang yang dilakukan, termasuklah sebutan nama-nama jin dan syaitan seperti saudari kemukakan, kecelaruan akan lebih ketara yang ada kalanya seumpama tidak ada jawapan. Sewajarnya persoalan-persoalan seperti ini bukan menjadi persoalan pokok yang perlu dihuraikan.

 Dr. Amran Kasimin
.