z
Letusan Tambora 1815 menyebabkan pendinginan global yang dramatis dan tahun tanpa musim panas pada 1816. Lalu letusan Merapi apakah juga berpengaruh pada cuaca global?.
Ketinggian abu dari ledakan Merapi mencapai 55 ribu kaki, berdasarkan keterangan Volcanic Ash Centre, Australia. Hal ini sebanding dengan letusan Gunung Eyjafjallajokull, Iceland, pada April lalu. Abu ini lebih rendah dari letusan Gunung Pinatubo 1991 di Filipina yang menyebabkan abu mencapai ketinggian 78.740 kaki.
Pendinginan global dari abu vulkanik tercipta karena menghalangi radiasi matahari yang masuk ke atmosfer. Tingkat pendinginan sendiri tergantung pada jumlah abu yang tersimpan di atmosfera, ketinggian abu dan lokasi letusan.
Jumlah abu yang disimpan di atmosfera terkait letusan Gunung Merapi belum diketahui secara pasti, karena proses alam ini masih terjadi. Namun, diperkirakan tidak akan lebih besar dari ledakan Pinatubo yang mendinginkan Bumi.
Sebuah letusan yang cukup kuat dapat mendorong abu masuk ke dalam lapisan stratosfer di mana ini tempat terjadinya cuaca. Pendinginan global terjadi saat curah hujan berkurang dan abu cenderung menempel. Letusan yang mendorong abu ke stratosfer di kawasan tropis, seperti peristiwa Pinatubo lebih mungkin menciptakan pendinginan global daripada di kawasan lintang tinggi seperti Eyjafjallajokull.
Bagian bumi yang terkena gangguan pemanasan, menerima radiasi yang lebih tinggi di dekat khatulistiwa. Hal ini menyebabkan efek pendinginan lebih besar daripada sekadar gangguan pemanasan global yang menciptakan pendinginan di daerah lintang tinggi.
Aliran stratosfer di atas daerah tropis cenderung meningkat dan menyebar ke segala arah. Ini menciptakan perluasan abu dengan efek pendinginan yang lebih dramatis.
Namun, proses pendinginan akibat letusan Gunung Pinatubo pada 1995 relatif singkat dibandingkan perubahan temperatur global. Hal itu juga tidak cukup untuk mematahkan kecenderungan pemanasan global, yang dimulai sebelum letusan itu dan terus berlanjut hingga kini.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration Oktober 2010, bumi terus mengalami suhu di atas rata-rata dibandingkan temperatur di abad ke-20. Meskipun, tidak menutup kemungkinan letusan dari gunung berapi lain boleh jauh lebih ekstrim dibandingkan dengan letusan Pinatubo 1991.
Hal ini terlihat dari letusan besar Gunung Tambora, Indonesia, pada tahun 1815. Letusan ini menyebabkan pendinginan global yang dramatis, termasuk tahun tanpa musim panas pada 1816.
Temperatur sangat dingin sempat menghantam kawasan timur Amerika Serikat, Kanada timur dan Eropa utara. Kelaparan secara luas juga menyebabkan ratusan ribu kematian.
Namun, pendinginan global dalam jangka pendek bisa terjadi akibat letusan gunung berapi besar. Letusan melepaskan karbon dioksida ke atmosfera. Padahal materi itu merupakan salah satu gas utama rumah kaca. Ilmuwan percaya pemanasan global akan terjadi setelah fenomena pendinginan akibat induksi abu berakhir.
__,_._,___
Tiada ulasan:
Catat Ulasan